Petani rumput laut di Desa Api-Api, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, mengeluhkan harga rumput laut yang semakin turun sehingga banyak yang beralih profesi menjadi buruh bangunan.
"Kurun waktu setahun terakhir, sudah tiga kali harga rumput laut turun dan penurunannya sangat drastis," ungkap petani rumput laut di Desa Api-api, Aman, Jumat (17/6).
Pada 2014 harga rumput laut dalam keadaan kering, kata Aman, mencapai Rp13 ribu per kilogram, namun awal Januari 2015 harganya turun menjadi Rp10 ribu kemudian pada Februari sampai sekarang turun lagi menjadi Rp8 ribu per kilogram.
Ia mengaku, mendapatkan informasi turunnya harga rumput laut karena adanya larangan ekspor rumput laut mentah, sehingga perusahaan mulai jarang membeli rumput laut yang dihasilkan para petani.
"Kami perkirakan harga rumput laut akan terus menurun, karena ada larangan ekspor rumput laut mentah, jadi gudang perusahaan pembeli rumput laut penuh, sehingga bisa saja para pembeli menawar harga lebih murah lagi," ujar Aman.
Menurut Aman, jika harga rumput laut terus menurun, maka akan banyak petani yang berhenti menanam rumput laut karena selain mengeluarkan biaya bahan bakar minyak (BBM), biaya operasional yang dibutuhkan sekali tanam rumput laut sampai panen dan siap jual mentah sekitar Rp3,5 juta.
"Kalau harganya Rp13 ribu kami dapat Rp8 juta per ton dan sekarang harga Rp8 ribu kami hanya dapat Rp3 juta per ton sementara biaya tanam sampai panen dan siap jual mentah mencapai Rp3,5 juta," ujar Aman.
Akibat semakin merosotnya harga rumput laut, tambah Aman, banyak petani rumput laut yang beralih menjadi buruh bangunan, sebab budi daya rumput laut semakin tidak menjanjikan kelangsungan ekonomi keluarga.
Sumber: harianterbit
0 komentar:
Posting Komentar